Welcome Myspace Comments

Kamis, 28 April 2011

Metode Ilmiah

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan  secara sistematis berdasarkan bukti fisis.  Metode ilmiah dapat diartikan sebagai prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara tekhnis untuk memperoleh pengetahuan baru atau ) mengebangkan pengetahuan yang ada. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu,penelitian dan metode ilmiah mempunyai
hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya (Verhak dan Haryono: 1997)
Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatuinterelasi.”
Adapun menurut Barnamid (1994:85), “ metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu, maka usaha pengembangan metode itu sendiri merupakan syarat mutlak.”
Para ilmuwan dan filsuf memberikan pula berbagai perumusan mengenai pengertian metode ilmiah. George Kneller menegaskan bahwa metode ilmiah merupakan struktur rasional dari penyelidikan ilmiah yang disitu pangkal-pangkal duga disusun dan diuji. Harold Titus menyatakan pula bahwa metode ilmiah merupakan proses atau langkah untuk memperoleh pengetahuan.
1.      Unsur- unsur metode ilmiah
  1. Karakterisasi
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan observasi; dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat.
Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi  manuusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometerspektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
Para ilmuwan bebas untuk menggunakan apapun, kreativitas pribadi, gagasan dari bidang lain, induksi, pendugaan sistematis, inferensia Bayesian, dsb. Untuk membayangkan penjelasan yang mungkin atas fenomena yang sedang dipelajari. Dalam sejarah ilmu, banyak ilmuwan yang mengaku mendapatkan “inspirasi mendadak” yang kemudian memovitasi mereka untuk mencari bukti yang dapat mendukung atau menolak gagasan mereka.

  1. Prediksi dari hipotesis
Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium atau observasi suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas.
Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis.
Jika prediksi tersebut tidak dapat diobservasi, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau teori baru boleh jadi memungkinkan eksperimen untuk dapat dilakukan.

  1. Eksperimen
Setelah prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil eksperimen bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedak diuji tidaklah benar atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu ditinggalkan. Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis tersebut boleh jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu diuji lebih lanjut.
Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis.
Bergantung pada prediksi yang dibuat, berupa-rupa eksperimen dapat dilakukan. Eksperimen tersebut dapat berupa eksperimen klasik di dalam laboratorium atau ekskavasi arkeologis. Eksperimen bahkan dapat berupa mengemudikan pesawat dari New York ke Paris dalam rangka menguji hipotesis aerodinamisme yang digunakan untuk membuat pesawat tersebut.

  1. Evaluasi dan pengulangan
Proses ilmiah merupakan suatu proses yang iteratif, yaitu berulang. Pada langkah yang manapun, seorang ilmuwan mungkin saja mengulangi langkah yang lebih awal karena pertimbangan tertentu. Ketidakberhasilan untuk membentuk hipotesis yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang subjek yang sedang dipelajari. Ketidakberhasilan suatu hipotesis dalam menghasilkan prediksi yang menarik dan teruji dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau definisi subjek penelitian. Ketidakberhasilan eksperimen dalam menghasilkan sesuatu yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang metode eksperimen tersebut, hipotesis yang mendasarinya, atau bahkan definisi subjek penelitian itu.
2. Kriteria Metode Ilmiah
Agar suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:.
  1. Berdasarkan fakta
  2. Bebas dari prasangka
  3. Menggunakan prinsip analisa
  4. Menggunakan hipotesa
  5. Menggunakan ukuran obyektif

Menurut Burhanuddin (1994: 27) metode ilmiah terdiri dari :
1.              Observasi
Di dalam metode observasi melingkupi pengamatan indrawi seperti melihat, mendengar, menyentuh, meraba, membawa sesuatu, juga di dalamnya termasuk bahwa kita sadra, berada dalam situasi yang bermakna dengan berbagai fakta yang saling berhubungan.
Observasi yang cermat sangat dibutuhkan di dalam penelitian ilmiah. Ada beberapa kondisi yang sangat penting untuk diketahui dalam melakukan observasi, yaitu:
a.           Indra yang normal dan sehat
Semua indera diperlukan dalam melakukan observasi seperti kejelasan penglihatan dan ketajaman pendengaran.
b.          Kematangan mental
Dalam hal ini bukan hanya kemampuan berpikir tetapi juga benar-benar paham tentang instrumen intelektual yang diperlukan seperti istilah-istilah, konsep-konsep dan kemampuan menggunakan simbol secar umum.
c.           Alat-alat bantu fisik
Seperti teleskop, mikroskop dan alat-alat lain untuk mengukur waktu dengan tepat, luas, berat dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan yang cermat.Cerita beberapa ilmu pengetahuan merupakan sejarah tentangpeningkatan alat-alat tertentu. Sebagai contoh perkembangan astronomi berhubungan erat dengan perbaikan daripada teleskop.
d.          Cara mengatur posisi, tempat atau kondisi yang memungkinkan observasi dapat dilakukan dengan cermat
Si peneliti melakukan pengamatan terus menerus. Oleh karena itu diperlukan perhatiannya pada kondisi-kondisi yang cermat, memperhatikan faktor waktu, tempat, gerakan, suhu, cahaya, keadaan cuaca, dan gangguan suara. Kegagalan observasi mungkin disebabkan adanya gangguan pada faktor tersebut.
e.           Pengetahuan lapangan
Orang yang mengenal lapangan studi, sejarahnya dan saling hubungannya dengan lapangan studi serta pengalaman lainnyaakan lebih beruntung
2.              Trial and Error
Metode Trial and error (coba-salah) telah dikenal secara universal dan tidak memerlukan penjelasan panjang lebar. Trial and error ditemukan diantara hewan-hewan dimana mereka mencoba memecahkan masalahnya.
Sebagai contoh, kita dapat melihat penggunaan metode ini pada tikus yang mencoba keluar dari taman sesat, ia mencoba berputar-putar menghindari rintangan-rintangan yang ada pada lorong-lorong taman sesta. Metode ini digunakan hewan tanpa sadar, secara sadar dipergunakan oleh tukang kunci yang mencoba membuka kunci yang anak kuncinya hilang, dan lebih sadar lagi dipergunakan oleh para ilmuwan untuk mencoba berbagai hipotesis.
Metode trial and error cenderung disebut “learning by doing” dari pada “learning by thinking”, semua itu dikemukakan dalam bentuk sederhana yang mengandung refleksi. Berpikir reflektif disebut juga “trial and error by ideas”. Dalam berpikir reflektif pemecahannya diselesaikan dalam imajinasi. Dalam reflektif pemecahannya diselesaikan dalam imajinasi. Dalam refleksi dan imajinasi mengecek mana yang cocok dan mana yang tidak. Trial dan error pada taraf ideologis dan imajinatif menghemat waktu, tenaga, dan seringkali dalam kehidupan itu sendiri.
3.              Eksperimen
Kegiatan eksperimen adalah berdasarkan pada prinsip metode penemuan sebab akibat dan pengujian hipotesis. Di dalam eksperimen di dalamnya termasuk masalah manipulasi dan pengawasan sekalipun observasi dan trian and error telah banyak digunakan secara luas tetapi keduanya terbatas.
Metode eksperimen perbedaan dipergunakan secara luasdi dalam ilmu pengetahuan. Peranan dari metode ini adalah hanya untuk membedakan satu faktor, sedangkan faktor lainnya diusahakan tetap. Peneliti membuat satu perbedaan dalam pengamatannya dan dalam kesimpulan penelitiannya. Sebagai contoh misalnya percobaan antara uang logamdan layang-layang di dalam fisika. Mengapa layang-layang itu jatuh lebih perlahan-lahan dari pada uang logam? Suatu percobaan direncanakan tentang sebab daripada tekanan udara.
Metode lainnya yaitu metode konkonitan variasi-variasi, yang menunjuk pada hubungan antara dua fenomena yang berbeda, sebagai hasil hubungan kausal yang mungkin terjadi pada kegiatan observasi dan eksperimen. Metode ini menunjukkan dua fenomena muncul tau hilang bersama-sama atau yang yang lain muncul yang lainnya menghilang. Contoh percobaan dengan lonceng yang membuktikan udara jadi menjadi medium untuk menyampaikan gelombang suara.
Secara umum langkah-langkah dalam metode eksperimen adalah sebagaiberikut:

     Observasi awal

Setelah topik yang akan diteliti dalam proyek ilmiah ditentukan, langkah pertama untuk melakukan proyek ilmiah adalah melakukan observasi awal untuk mengumpulkan informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan topik tersebut melalui pengalaman, berbagai sumber ilmu pengetahuan, berkonsultasi dengan ahli yang sesuai.
a.            Gunakan semua referensi: buku, jurnal, majalah, koran, internet, interview, dll.
b.           Kumpulkan informasi dari ahli: instruktur, peneliti, insinyur, dll.
c.            Lakukan eksplorasi lain yang berhubungan dengan topik.

·         Mengidentifikasi Masalah

Permasalahan merupakan pertanyaan ilmiah yang harus diselesaikan. Permasalahan dinyatakan dalam pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan dengan jawaban berupa suatu pernyataan, bukan jawaban ya atau tidak. Sebagai contoh: Bagaimana cara menyimpan energi surya di rumah?
a.            Batasi permasalahan seperlunya agar tidak terlalu luas.
b.           Pilih permasalahan yang penting dan menarik untuk diteliti.
c.            Pilih permasalahan yang dapat diselesaikan secara eksperimen.
       

·         Merumuskan atau Menyatakan Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum penelitian yang seksama atas topik proyek ilmiah dilakukan, karenanya kebenaran hipotesis ini perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang seksama. Yang perlu diingat, jika menurut hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar bukan berarti penelitian yang dilakukan salah.
a.            Gunakan pengalaman atau pengamatan lalu sebagai dasar hipotesis 
b.           Rumuskan hipotesis sebelum memulai proyek eksperimen

·         Melakukan Eksperimen

                 Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Varibel bebas merupakan variabel yang dapat diubah secara bebas. Variabel terikat adalah variabel yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang selama eksperimen dipertahankan tetap. 
a.    Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.
b.   Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan konstan.
c.    Lakukan eksperimen berulang kali untuk memvariasi hasil.
d.   Catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.

·      Menyimpulkan Hasil Eksperimen

Kesimpulan proyek merupakan ringkasan hasil proyek eksperimen dan pernyataan bagaimana hubungan antara hasil eksperimen dengan hipotesis. Alasan-alasan untuk hasil eksperimen yang bertentangan dengan hipotesis termasuk di dalamnya. Jika dapat dilakukan, kesimpulan dapat diakhiri dengan memberikan pemikiran untuk penelitian lebih lanjut.
Jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis:
a.        Jangan ubah hipotesis
b.       Jangan abaikan hasil eksperimen
c.        Berikan alasan yang masuk akal mengapa tidak sesuai
d.       Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan penyebab ketidaksesuaian
e.        Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen

Dalam metode eksperimen terdiri dari 3 bagian penting yaitu:
a.    Penulisan
Untuk  melaksanakan eksperimen seorang peneliti perlu membuat suatu rancangan penelitian agar penelitiannya berjalan dengan lancar dan terarah. Pada bagian penulisan ini terdiri dari tahapan sebagai berikut:
o       Mengajukan pertanyaan penelitian
o       Menyusun tujuan penelitian
o       Menuliskan manfaat yang diharapkan
o       Menuliskan hipotesis
o       Menuliskan teori yang relevan dengan hipotesis yang telah dibuat
o       Mengidentifikasi variable
o       Menuliskan alat dan bahan yang digunakan
o       Menuliskan rancangan kerja
o       Menentukan populasi dan sampel
o       Menetapkan cara menganalisis data

b.      Pelaksanaan
  • Melakukan pengamatan
Pengamatan dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan alat indra yang disebut pengamatan kualitatif. Selain itu bisa secara tidak langsung  dengan menggunakan alat bantu tertentu yang disebut pengamatan kuantitatif.  Pengamatan meliputi tentang menguraikan cirri suatu objek, menggambar specimen, mengukur specimen dan menghitung.
  • Mengelompokkan
Pengelompokan merupakan proses yang digunakan saintis untuk mengadakan penataan terhadap objek permasalahan.  Pengelompokan  tersebut dilakukan dengan cara mengidentifikasi objek permasalahan berdasarkan persamaan dan perbedaan. Langkah dalam klasifikasi  yaitu mengamati dan menbuat daftar     tentang sifat   yang dapat diamati dari objek, melakukan klasifikasi secara bertingkat,  dan melakukan tingkat klasifikasi dengan mencantumkan criteria pengklasifikasian yang mungkin berbeda dengan tingkat klasifikasi sebelumnya.
  • Percobaan di laboratorium / pengujian di lapangan.

c.       Pelaporan dan publikasi
Pelaporan dan publikasi dapat berupa laporan tertulis dan atau  presentasi.Presentasi dalam suatu penyusunan karya ilmiah boleh dilakukan atau tidak. Suatu penelitian akan sempurna menjadi suatu penelitian ilmiah jika hasil penelitian tersebut ditulis dalam bentuk suatu laporan ilmiah. Sebelum menulis laporan ilmiah, biasanya seorang saintis terlebih dahulu membuar kerangka tulisan (outline).

Fungsi outline adalah:
o       membimbing penyusun karya ilmiah.
o       pedoman penulisan karya ilmiah sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam penganalisisannya. 
o       pembuatan rencana daftar isi karya ilmiah.
Susunan outline sebagai berikut:
o       Judul
o       Kata pengantar
o       Daftar isi
o       Pendahuluan
o       Bahan dan metode
o       Hasil dan pembahasan
o       Simpulan
o       Daftar rujukan
o       Lampiran
   Sedangkan teknik penyajian karya ilmiah harus memperhatikan:
  • Segi kerapian dan kebersihan.
  • Tata letak (layout) unsur-unsur dalam format karya ilmiah, misalnya halaman muka (cover), halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar gambar, daftar pustaka dan lain-lain.
  • Standar yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah, misalnya standar penulisan kutipan, catatan kaki (foot note), daftar pustaka & penggunaan bahasa indonesia sesuai EYD.

1.              Statistik
Metode tersebut biasanya digunakan pada penelitiaan2 yang bertujuan menyelidiki hubungan sebab-akibat, dan lebih khusus menarik suatu simpulan akan perubahan yang timbul pada peubah (atau variabel) respon (peubah dependen) akibat berubahnya peubah penjelas (explanatory variables) (peubah independen). ada dua jenis utama penelitian: eksperimen dan survei. Keduanya sama-sama mendalami pengaruh perubahan pada peubah penjelas dan perilaku peubah respon akibat perubahan itu. Beda keduanya terletak pada bagaimana kajiannya dilakukan. Ada dua metode statistik untuk menganalisa data. Pertama adalah metode pemaparan (descriptive statistics) yaitu metode statistik yang hanya mempelajari bagaimana cara mengolah, menganalisa dan menyajikan data tanpa ada penarikan kesimpulan untuk memprediksi kondisi secara umum.
Metode statistik deskriptif mencakup bagaimana menggambarkan karakteristik suatu data dari sisi pemusatannya / central tendency, penyebarannya / variability,  pengelompokannya / classify dan menyajikannya dalam bentuk gambar / graphic maupun tabulasi data / tabulation.
Kedua adalah metode pengambilan kesimpulan (inferential statistics). Metode statistik inferensia digunakan untuk mengetahui kondisi (karakteristik) dari seuatu populasi data dengan menganalisa kondisi suatu sampel yang diambil.
Metode statistik inferensia mencakup bagaimana cara mengambil sampel yang tepat sehingga dapat mewakili populasi,  menarik kesimpulan dari data sampel untuk menggambarkan populasi secara keseluruhan, dan  mengukur penyimpangannya.

4.               Sampling
Yerjadinya sampling yaitu apabila kita mengambil beberapa anggota anggota atau bilangan tertentu dari suatu kelas atau kelompok sebagai wakil dari keseluruhan kelompok tersebut, yaitu dengan tujuan bilamanakah satu sampel tersebut dapat mewakili secara keseluruhan atau tidak. Seandainya bahan yang akan kita uji itu menunjukkan kesamaan jenisnya melalui sebuah sampel dapatlah diperoleh hasil dengan kecepatan tinggi. Dalam hal ini sampel random yang wajar yang sudah mencukupi, sebab tidak ada kondisi-kondisi lainnya yang harus diperhatikan. Seandainya ketidakseragaman itu besar, maka sampel yang diambil harus diperbanyak pula.

5.          Berpikir reflektif
Metode berpikir reflektif melalui enam tahap yaitu:
a.       Adanya kesadaran kepada sesuatu permasalahan
    Biasanya berfikir itu mulai berjalan apabila ada sesuatu hambatan atau kesulitan. Dimulainya apabila kita mulai ingin tahu kepada sesuatu atau apabila ada beberapa permasalahan yang pasti yang harus dipecahkan. Kesanggupan untuk menyatakan masalah secara jelas dan tepat sangat penting. Tanpa penjelasan masalah yang jelas, kita tidak akan tahu fakta apa yang harus dikumpulkan.
b.      Data yang diperoleh dan relevan yang harus dikumpulkan
Untuk masalah yang sederhana, data mungkin mudah diperoleh, namun  untuk yang lainnya mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan untuk menemukan data yang diperlukan.
c.       Data yang terorganisir
Yaitu yang telah disusun / dihitung, dianalisis dan diklasifikasikan. Perlu diadakan perbandingan dan perbedaannya, dan diusahakan agar data itu mempunyai arti. Penghitungan analisis dan klasifikasi merupakan dasar metode ilmiah.
d.      Formulasi hipotesis
Berbagai pemecahan masalah sementara mungkin akan terjadi kepada ilmuwan pada waktu memproses, menganalisis dan mengklasifikasi. Saran-saran atau pekiraan yang mungkin timbul sewaku peneliti itu sedang menguji permasalahan yang ia kerjakan. Ia akan memilih dari sekumpulan data yang sedang ia kerjakan, suatu data yang sangat dekat probabilitasnya untuk diuji. Tidak ada pembatasan dalam jumlah hipotesis yang ia rencanakan. Dan tidak ada peraturan yang kaku untuk memformulasikannya. Sebuah hipotesis harus masuk akal, harus menjadi sebuah deduksi untuk diuji dan harus merupakan penuntun untuk penelitian berikutnya.
e.       Deduksi harus berasal dari hipotesis
Dalam mengambil kesimpulan prinsip logika formal akan membantu kita. Matematik mungkin akan membantu kita untuk menemukan benuk-bentuk perumusan dan hubungan-hubungannya, yang akan ditemukan dalam penelitian tersebut. Mempertimbangkan contoh pengungkapan deduksi yang bersal dari hipotesis, sperti berikut: “Seandainya A dan B itu benar, maka C pun harus benar”.
f.        Pembukian kebenaran ferivikasi
Setelah ditentukan dengan cara analisis deduktif, apapun akan benar seandainya hipotesis itu benar, kemudian kita lihat apakah kondisi-kondisi lainnya sebagai suatu kenyataan itu benar pula. Seandainya itu menyatakan benar, maka hipotesis kita telah dibuktikan kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Salam, Burhanuddin. 1994. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi aksara
     Verhak, C. dan R. Haryono Imam. 1997. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama

http://alphaomega86.tripod.com/metode_ilmiah.htm#3. diakses pada tanggal 14 Maret 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar